Pernikahan
dan perceraian sangat tidak asing di telinga kita. Hampir semua wanita di dunia
ini sangat mendambakan sebuah pernikahan dalam hidupnya, dan hampir semua
wanita sangat tidak menginginkan adanya perceraian. Apa yang membuat wanita
ingin menikah? Secara teori, alasan
wanita menikah adalah untuk mendapatkan teman hidup, memiliki cinta dan
keakraban, memiliki sexual partnership, dan berbagi cerita dengan
kedudukan kita sebagai orangtua. Saya sendiri termasuk salah satu wanita yang
mendambakan pernikahan, alasannya karena ingin memiliki teman hidup dan
memiliki keturunan.
Bagaimana dengan
wanita yang tidak ingin menikah? Saya memiliki teman seorang wanita yang kurang
tertarik dengan pernikahan, alasannya adalah karena malas berkomitmen dan ingin
fokus dengan pekerjaannya. Menurutnya komitmen memiliki resiko yang sangat
besar yakni sakit hati. Hal tersebut sah-sah saja, karena sesungguh wanita
memiliki hak untuk memilih apakah Ia ingin menikah ataupun tidak, tetapi
lingkunganlah yang membuat pandangan bahwa wanita seharusnya menikah dan
memiliki keturunan.
Bagaimana dengan perceraian? Tidak semua pernikahan akan diakhiri
dengan perceraian. Alasan seseorang untuk bercerai biasanya karena ekonomi, ataupun Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kata-kata perceraian tidak selalu datang dari pria,
tidak sedikit juga wanita yang memutuskan untuk bercerai, akan tetapi akibat
dari perceraian biasanya berdampak pada wanita dan anak. Biasanya anak yang
berada dalam keluarga yang bercerai akan
diasuh oleh sang ibu, kecuali ibu tersebut memang terbukti tidak bisa merawat
anaknya. Selain itu dampaknya adalah dalam segi ekonomil. Wanita yang bercerai
selain memiliki tanggungan anak, Ia juga memiliki tanggungan untuk memenuhi
tanggungan secara materi untuk anak-anaknya. Dampak bagi anak yang berasal dari
keluarga yang bercerai adalah rasan kehilanagn salah satu figur orangtuanya dan
sang anak akan bingung dengan apa yang terjadi di dalam keluarganya.